Member-only story
Dialektika Hujan: Antara Keteraturan dan Kekacauan
Meditasi tentang ketidakpastian
Sore itu, langit di atas kantor terlihat berat. Awan kelabu menggantung, seakan menunggu waktu yang tepat untuk tumpah. Saya duduk di meja kerja, menatap layar komputer dengan pikiran yang melayang. Lalu, tetes pertama hujan jatuh. Pelan tapi pasti, hujan mulai membentuk irama.
Awalnya, suara hujan terdengar samar, seperti bisikan. Tapi, tak butuh waktu lama hingga derasnya memenuhi ruang, menyatu dengan suara keyboard, bisik-bisik rekan kerja, dan derit kursi yang sesekali berpindah. Saya berhenti sejenak, melepas fokus dari layar, dan mendengarkan.
Suara Hujan Tanpa Pola
Suara hujan itu, meski terdengar seperti musik, tidak memiliki pola yang jelas. Tidak ada ritme pasti yang bisa ditebak, tidak ada harmoni yang sempurna. Namun, di balik ketidakteraturannya, ada sesuatu yang menenangkan.
Hujan seperti menggambarkan alam semesta itu sendiri, kacau tapi indah, penuh pergerakan tapi tetap menghadirkan ketenangan. Seperti bagaimana planet-planet terus mengorbit, galaksi saling menjauh, dan bintang-bintang meledak, semuanya tampak acak tetapi justru membentuk keindahan kosmik yang sulit dijelaskan.