Member-only story
Genangan Air dan Pejalan Kaki
Ia tetap menyapa dengan cara yang paling tidak diinginkan
Sore itu, hujan sudah berhenti beberapa menit sebelumnya, menyisakan jejak-jejak kecil berupa genangan air di sepanjang trotoar. Saya melangkah pulang dengan hati-hati, seperti seorang arkeolog yang sedang menghindari jebakan kuno. Di kepala saya, ada satu mantra sederhana yang terus saya ulang: jangan sampai basah, jangan sampai basah. Tapi hidup, seperti biasa, tidak pernah mengikuti skrip yang kita siapkan.
Dari kejauhan, saya mendengar suara yang lebih mirip ancaman daripada kabar baik. Yap, suara mesin mobil mendekat. Saya tahu ini saatnya bersiap. Namun, persiapan kadang tidak ada artinya. Dalam sekejap, beessshhh!, cipratan air kotor itu menempel di celana saya seperti penghinaan publik yang tidak bisa ditolak.
Hah? Kok bisa kena cipratan air? Memanganya mobil lewat trotoar?
Sebenarnya, cipratan itu terjadi bukan karena mobil melewati trotoar, tetapi karena genangan air di jalanan sering kali meluas hingga ke pinggir trotoar. Ketika mobil melaju dengan kecepatan tinggi tanpa memedulikan pejalan kaki — ban mobil menghantam genangan tersebut dan menciptakan cipratan besar yang tidak mengenal batas wilayah. Trotoar, yang seharusnya menjadi zona aman, ikut terkena imbas.