Member-only story
Menata Buku, Menata Kekacauan Hidup
Tidak sempurna, penuh kontradiksi, tetapi tetap indah dengan caranya sendiri.
Hari ini, saya memutuskan untuk menata ulang sebagian buku-buku di rak berdasarkan warna sampulnya. Sebuah ritual sederhana yang sering saya lakukan, tetapi selalu meninggalkan jejak pemikiran yang mendalam di hati saya. Ada sesuatu yang terapeutik dari aktivitas ini, memindahkan satu demi satu buku, merasakan tekstur sampulnya, dan membaca sekilas judulnya. Rak ini, yang awalnya hanya kumpulan kayu dengan beberapa sekat, kini berubah menjadi cermin kecil dari jiwa saya.
Saya mulai dari baris paling atas. Buku-buku dengan sampul merah menyala berbaris, seakan mengumumkan keberadaan mereka dengan lantang. Di sebelahnya, ada warna cokelat lembut yang tenang, seolah menjadi teman bagi merah yang penuh gairah. Saya berhenti sejenak, bertanya-tanya apakah warna-warna ini mewakili spektrum emosi yang saya rasakan belakangan ini, semangat, kehangatan, dan mungkin sedikit nostalgia.
Di baris tengah, saya melihat kontras antara hitam pekat dan putih yang bersih. Hitam, seperti malam yang tak berujung, membawa buku-buku berat tentang filsafat, biografi tokoh besar, dan cerita yang memaksa otak untuk berpikir keras. Sedangkan putih, meski terlihat sederhana, menyembunyikan kompleksitasnya sendiri — kisah-kisah yang…