Member-only story
Mengapa Orang Cenderung Menghujat Hal Positif di Media Sosial?
Apa yang sebenarnya terjadi dengan cara pandang masyarakat kita?
Beberapa waktu lalu, seorang perempuan di TikTok membagikan kisah keberhasilannya menjaga lisan selama lima tahun tanpa berbicara kasar. Alih-alih disambut dengan dukungan penuh, ia justru dihujat oleh sebagian netizen. Komentar seperti “pick me,” “haus validasi,” hingga sindiran sarkastis bertebaran di kolom komentarnya. Mirisnya, ada kesan bahwa berbicara kasar justru dianggap normal, bahkan keren, oleh beberapa orang.
Kejadian ini membuat saya bertanya-tanya: mengapa hal yang baik malah dihujat? Lebih jauh lagi, apakah ini menandakan bahwa kita, sebagai masyarakat digital, mulai menormalisasi kesalahan dan keburukan?
Projection Bias dan Perlawanan terhadap Kebenaran
Dari sisi psikologis, serangan terhadap perempuan tersebut bisa jadi bentuk projection bias — ketika seseorang memproyeksikan kekurangannya kepada orang lain. Bagi mereka yang berbicara kasar adalah kebiasaan sehari-hari, keberhasilan perempuan itu menjadi “cermin” yang memaksa mereka melihat diri sendiri.
Namun, alih-alih mengakui kekurangan atau mencoba berubah, mereka menyerang perempuan itu sebagai bentuk perlawanan. Dalam kasus…