Member-only story
Menjadi Ayah untuk Diri Sendiri
Belajar merawat luka dan memaafkan
Ada masa dalam hidupku ketika aku sadar, menjadi dewasa itu tidak sesimpel yang dulu kubayangkan. Bukan hanya hitam-putih dan sekadar “kalau salah ya dihukum, kalau benar ya dipuji.” Lebih dari itu, hidup sering kali berputar di antara segala jenis abu-abu, yang bikin kita, mau tidak mau, harus menghadapi luka-luka dalam diri sendiri. Dari sinilah aku mulai paham, kadang yang paling kita butuhkan adalah belajar jadi “ayah” untuk diri sendiri.
Menjadi ayah untuk diri sendiri, menurutku, adalah soal bagaimana kita bisa hadir buat diri sendiri saat orang lain tidak ada di sana.
Ini tentang merawat luka, belajar memaafkan, dan tumbuh tanpa terlalu keras menghukum diri.
Bukan berarti menjadi egois atau narsis, tapi aku pelan-pelan belajar mencintai diri sendiri dengan cara yang sederhana, yang akhirnya justru terasa penuh maknanya.
Luka yang Disimpan Rapi
Jujur saja, banyak dari kita, termasuk aku, hidup dengan luka-luka kecil yang sering kali ditutupi. Ada yang membungkusnya dalam canda, kesuksesan, atau bahkan keheningan. Sampai pada satu titik, luka-luka itu muncul lagi dalam bentuk yang nggak pernah kita duga. Bisa dalam bentuk kesulitan saat menjalin hubungan, rasa cemas yang tak jelas, atau…