Member-only story
Sepatu yang Terlanjur Basah
Tidak ada tombol rewind
Mak bres! Hujan sore itu turun tanpa aba-aba, seperti keputusan yang diambil tanpa banyak berpikir. Air deras mulai membentuk genangan yang perlahan melebar. Saya berdiri di tepi jalan, menatap sepatu yang kini terendam setengah. Basah. Berat. Tidak nyaman. “Wis kadung,” gumam saya pelan. Tidak ada pilihan lain kecuali melanjutkan langkah.
Lucunya, hidup sering kali seperti sepatu yang sudah terendam hujan. Sekali basah, tidak bisa kembali seperti semula dalam sekejap. Kita mengambil keputusan, lalu konsekuensinya meresap, seperti air yang perlahan masuk ke dalam kaus kaki. Mau dikeringkan dengan tisu? Tidak akan cukup. Mau menyesal? Sudah terlambat.
Saya jadi ingat keputusan-keputusan kecil yang dulu saya anggap remeh. Pilihan jalan pulang yang ternyata membuat saya bertemu seseorang yang kemudian mengubah hidup saya. Kalimat yang terlanjur terucap dalam emosi, yang akhirnya mengubah dinamika hubungan. Terkadang, hidup memberi kita ilusi bahwa masih ada waktu untuk berpikir ulang, padahal sering kali tidak. Once you step in, there’s no stepping back kan?
Bukan hanya keputusan besar yang mengubah hidup, keputusan-keputusan kecil pun bisa membawa dampak besar. Seperti ketika saya memilih untuk tidak membawa payung pagi itu. Awalnya terasa sepele, tapi siapa sangka, keputusan itu…