Member-only story

Surat yang Tak Pernah Sampai

Letter to His Father by Franz Kafka

Phillocaliste
3 min readDec 19, 2024
Photo by Trinity Treft on Unsplash

“My writing was all about you; all I did there, after all, was to bemoan what I could not bemoan upon your breast.” ― Franz Kafka, Letter to His Father

Saat pertama kali membaca Letter to His Father karya Franz Kafka, saya seperti membaca sebuah jeritan yang tertahan, seperti luka yang dibiarkan terbuka tanpa harapan sembuh. Surat itu adalah sebuah pengakuan yang dipenuhi rasa takut, kekecewaan, dan luka mendalam. Dalam surat ini, Kafka seolah berusaha membangun jembatan menuju ayahnya, tetapi jembatan itu hancur bahkan sebelum selesai dibangun.

Kafka menulis dengan sangat jujur. Ia berbicara tentang bagaimana tatapan ayahnya, Hermann Kafka, telah menjadi beban yang tak pernah lepas dari dirinya. Tatapan itu adalah simbol kekuasaan, kritik tanpa henti, dan otoritas yang membungkam suara anak kecil dalam diri Kafka. Surat ini adalah upayanya untuk melawan tatapan itu. Sebuah usaha kecil untuk memaksa ayahnya melihat luka yang ia rasakan, tetapi Kafka tahu, bahkan sebelum ia menulis, surat itu tidak akan pernah sampai.

Bagi saya, membaca surat ini adalah seperti mendengarkan seseorang berteriak di ruang yang kosong. Ia berharap ada yang mendengar, tetapi di sudut hatinya, ia tahu ruangan itu tidak pernah dihuni oleh siapa pun. Ada rasa frustrasi yang nyata…

--

--

Phillocaliste
Phillocaliste

Written by Phillocaliste

A person who talks to themselves without a sound, weaving thoughts into words.

Responses (1)