Member-only story

Titik Jemput yang Tak Pernah Tepat

Hidup penuh dengan kontradiksi

Phillocaliste
3 min readJan 21, 2025
Photo by Mounish Raja on Unsplash

Sore itu, saya berdiri di depan sebuah minimarket kecil yang menjadi titik jemput taksi online. “Di sini, Mas,” tulis saya di aplikasi, berharap si pengemudi langsung memahami lokasi saya. Tapi, seperti sudah menjadi hukum alam, titik jemput itu selalu salah. Lima menit kemudian, saya mendapat telepon dari nomor tak dikenal.

“Ini sudah di mana, ya, Mbak?” suara si pengemudi terdengar bingung.
“Di depan minimarket, Mas,” jawab saya, sambil celingak-celinguk ke jalanan yang mulai ramai.
“Minimarket yang mana? Di sini banyak minimarket.”

Seketika saya terpaku. Benar juga. Kenapa kota ini punya lebih banyak minimarket daripada akal sehat? Rasanya, setiap tiga puluh meter, selalu ada minimarket yang berdiri angkuh dengan lampu neon yang seakan berkata, “Kami semua sama.” Saya pun mencoba memberi petunjuk tambahan.

“Dekat tiang listrik, Mas,” jawab saya, yang langsung terdengar konyol karena di Jakarta, tiang listrik itu jumlahnya hampir sama banyaknya dengan minimarket.

Akhirnya, saya mengalah. “Tunggu, saya ke situ aja,” ucap saya pasrah, meski belum tahu persis ke “situ” itu di mana.

--

--

Phillocaliste
Phillocaliste

Written by Phillocaliste

A person who talks to themselves without a sound, weaving thoughts into words.

Responses (1)