Member-only story

Ujung dari Dialog adalah Etika dan Edukasi

Belajar memahami cara berpikir orang lain

Phillocaliste
3 min readDec 3, 2024
Photo by Priscilla Du Preez 🇨🇦 on Unsplash

Malam itu, saya termenung. Percakapan panjang dengan seorang teman perihal tesis saya baru saja selesai. Ada bagian dari diskusi yang terasa tidak tuntas, seperti ada simpul yang belum diikat. Namun, di tengah renungan itu, saya tersadar bahwa dialog, seberapa pun berbedanya perspektif yang dibawa, selalu mengarah pada dua tujuan yang sama: etika dan edukasi.

Dialog bukan hanya soal menang atau kalah dalam argumen, melainkan tentang mendekatkan diri pada pemahaman bersama. Seperti jalan yang bercabang, di ujungnya kita dihadapkan pada dua pilihan: memperbaiki diri (etika) atau belajar hal baru (edukasi).

Jembatan Antara Dua Pikiran

Dialog sering kali dianggap sebagai pertukaran ide yang sekadar berbicara dan mendengar. Namun, lebih dari itu, dialog adalah jembatan antara dua pikiran yang berbeda. Di satu sisi, ada keyakinan yang kita bawa. Di sisi lain, ada pandangan baru yang mungkin tidak sejalan dengan apa yang kita percayai.

Filsuf Martin Buber pernah mengatakan bahwa hubungan sejati dalam dialog hanya bisa terjadi dalam “I-Thou” (Aku-Kamu) dan bukan “I-It” (Aku-Objek). Artinya, dialog bukan tentang menempatkan lawan bicara sebagai sesuatu yang harus ditaklukkan atau diubah

--

--

Phillocaliste
Phillocaliste

Written by Phillocaliste

A person who talks to themselves without a sound, weaving thoughts into words.

Responses (5)